Jember, 01/01/2024 Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) STAI RAYA gelar kegiatan seminar dengan tema “Mental Healthy: Cara Mengontrol Emosi Menjadi Seni.” Kegiatan yang dihadiri oleh jajaran civitas akademika STAI RAYA, Ketua YWSPI, mahasiswa STAI RAYA dan Siswa SMA Plus Bustanul Ulum Mlokorejo sebagai peserta tersebut dilaksanakan di Auditorium Lantai II PP Bustanul Ulum Mlokorejo.
Forum intelektual yang humanis dan dialektik ini sangat terasa saat narasumber tidak terpaku pada penyampaian kajian teori. Akan tetapi, membersamainya dengan praktek. Dr. Agus Santoso, S.Ag., M.Pd., selaku pemateri tunggal dalam seminar tersebut menyampaikan bahwa emosi itu adalah potensi, dan setiap orang memiliki potensi yang berbeda.
Dosen Pascasarjana UINSA ini kemudian mengarahkan peserta seminar untuk melantunkan nasyid kecintaan dan ketergantungan kepada Allah. Bukan hanya keharuan, tetapi tangisan yang bertumpah ruah kemudian menjadi warna forum. Setelah emosi tangisan tersebut, peserta diarahkan untuk melakukan analisa diri dengan beberapa pertanyaan yang harus dijawab melalui narasi. Di mana narasi tersebut diakhiri dengan konklusi hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari setiap takdir yang mereka miliki. Menurut beliau, hikmah yang bisa mereka simpulkan adalah bagian dari seni hasil mengolah emosi kehidupan.
Senada dengan yang disampaikan oleh Gus Robitul Firdaus selaku ketua YWSPI. “Emosi bagian dari kelebihan manusia, bila dikontrol dengan cara yang baik. Karena itu, emosi tidak boleh dimatikan tetapi harus dikontrol, layaknya syahwat.”
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa untuk menjadi bahagia mengutip dari Immanuel Kant setidaknya manusia memiliki 3 hal:
- Something to do (ada sesuatu yang dilakukan). Semakin orang banyak kegiatan maka semakin terhindari dari setres.
- Someone to love (ada seseorang yang dicintai). Dalam konteks transformasi cinta, menurut Gus Robit, manusia harus memilih objek yang tepat. “Cintailah orang yang pasti akan mencintaimu.” Dalam konteks ini tentu Allah, Rasulullah dan orang tua.
- Something to hope (memiliki harapan). Harapan membuat manusia lebih bahagia dan semangat dalam mengarungi hidup.
Kebahagiaan adalah bagian dari emosi, begitu juga kemarahan. Dua emosi ini tampaknya berlawanan, akan tetapi bila dikontrol dengan tepat maka akan sama-sama mendatangkan kebaikan. Sebagaimana ditekankan pula oleh ketua STAI RAYA dalam sambutannya. “Seorang yang kuat bukan orang pandai berkelahi, akan tetapi orang yang berhasil mengontrol emosi ketika marah,” ujar Ustadz Muhyi.
- Sinta Bellahttps://stairaya.ac.id/author/sinta-bella/
- Sinta Bellahttps://stairaya.ac.id/author/sinta-bella/
- Sinta Bellahttps://stairaya.ac.id/author/sinta-bella/
- Sinta Bellahttps://stairaya.ac.id/author/sinta-bella/