Jember,29/102025 Suasana Hotel Santika Gubeng, Surabaya, terasa berbeda pada akhir Oktober 2025. 81 peserta dari berbagai perguruan tinggi, lembaga riset, dan komunitas akademik yang berbeda berkumpul dalam ajang Conference Internasional ICNARA (International Conference on Islamic Nusantara) 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas K. H. Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember pada tanggal 26–28 Oktober 2025. Tahun ini, konferensi mengusung tema besar “Living Traditions and The Sustainable Future of Pesantren: Education, Ecotheology, and Ethics in The SDGs Era”, yang menyoroti hubungan erat antara tradisi pesantren, ekoteologi, dan pembangunan berkelanjutan dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Tema tersebut menjadi refleksi penting atas tantangan global sekaligus potensi lokal yang dimiliki dunia pesantren di Indonesia.
Salah satu momen membanggakan datang dari STAI RAYA Jember, ketika salah satu mahasiswanya berhasil lolos sebagai presentator dalam forum ilmiah berskala internasional tersebut. Kehadiran mahasiswa STAI RAYA menjadi bukti bahwa semangat intelektual dan kepedulian terhadap isu-isu global dapat tumbuh dari lingkungan akademik daerah, sekaligus memperluas jejaring keilmuan antar generasi muda Muslim Nusantara. ICNARA 2025 dibuka secara hybrid, memadukan sesi luring dan daring dengan menghadirkan sejumlah tokoh penting dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Di antara narasumber yang turut mengisi Opening Ceremony ialah Prof. Dr. H. Hepni, S.Ag., M.M., CPEM. (Rektor UIN KHAS Jember), Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si. (Wakil Rektor I UIN KHAS Jember), H. Juri Ardiantoro, M.Si., Ph.D. (Wakil Menteri Sekretariat Negara RI), Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, M.A. (Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI), dan Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. (Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI).

Sementara itu, Plenary Session menghadirkan Prof. Dr. Frans Wijsen dari Radboud University, Nijmegen, Belanda, yang dikenal luas sebagai pemikir interkultural dan penggagas dialog lintas tradisi. Dalam pemaparannya, Prof. Wijsen menekankan pentingnya membangun ekoteologi yang inklusif, terutama di lingkungan pesantren. “Penting bagi kita untuk memahami dan menumbuhkan budaya ekoteologi yang berpihak pada keberlanjutan hidup. Kita semua memiliki peran, baik melalui posisi, jabatan, maupun pengaruh kecil yang kita miliki, untuk menjaga keseimbangan antara manusia dan alam,” ujarnya. Konferensi ini tidak hanya menjadi ruang akademik, tetapi juga arena kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara. Mahasiswa, dosen, dan peneliti berinteraksi dalam suasana hangat dan penuh semangat, berbagi gagasan tentang bagaimana pesantren dapat menjadi pusat etika lingkungan, pendidikan humanis, dan inovasi sosial berkelanjutan.
Bagi STAI RAYA Jember, keikutsertaan dalam ICNARA 2025 menjadi tonggak penting dalam mengembangkan tradisi ilmiah kampus. Partisipasi mahasiswa di forum internasional ini menandai langkah maju dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam Nusantara dengan isu-isu global, khususnya dalam bidang ekologi dan etika pendidikan. Di penghujung kegiatan, panitia berharap agar ICNARA 2025 menjadi inspirasi bagi para peserta untuk terus berpartisipasi aktif dalam forum-forum ilmiah berikutnya. Harapan serupa juga disampaikan oleh perwakilan STAI RAYA Jember yang menekankan pentingnya keberlanjutan acara seperti ini. “Semoga ke depan, mahasiswa kami dapat kembali berpartisipasi dan terus menorehkan prestasi di ajang-ajang akademik bergengsi. ICNARA bukan hanya wadah presentasi, tetapi juga jembatan untuk mempertemukan ilmu, tradisi, dan masa depan pesantren yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Dengan semangat kolaborasi dan komitmen terhadap keberlanjutan, ICNARA 2025 menegaskan kembali bahwa tradisi pesantren tidak hanya warisan masa lalu, tetapi juga fondasi masa depan yang hijau, etis, dan penuh harapan.





