Search

STAI RAYA Jember Kukuhkan Kiprah Akademik pada Forum Ilmiah (Internasional Conference on Islam, Science, Language, Law, Education, Economics and Humanities) 4th IC-ISLEH 2025

Jember 24/11/2025,Sekolah Tinggi Agama Islam Raden Abdullah Yaqin (STAIRAYA) Jember kembali meneguhkan posisinya sebagai institusi yang aktif dalam percaturan keilmuan global melalui partisipasi sejumlah dosen dan mahasiswa dalam ajang International Conference on Islam, Science, Language, Law, Education, Economics and Humanities (4th IC-ISLEH 2025). Pada konferensi yang diikuti para peneliti dan akademisi dari berbagai negara tersebut, delegasi STAIRAYA jember menghadirkan beragam gagasan kritis yang berfokus pada isu-isu aktual di bidang kajian Islam, pendidikan, dan dinamika sosial keagamaan. Konferensi ini menjadi ruang strategis bagi sivitas akademika STAI RAYA Jember untuk menunjukkan kapasitas intelektual sekaligus memperluas jejaring akademik internasional. Tiga topik utama yakni gender dan otoritas keagamaan, ketahanan keluarga dalam perspektif Islam, serta transformasi pedagogis melalui kecerdasan buatan (AI) menguat sebagai kontribusi signifikan delegasi.

Salah satu kontribusi penting disampaikan oleh Sinta Bella, M.Pd, melalui makalahnya yang berjudul “Dari Subordinasi ke Otoritas: Negosiasi Perempuan dalam Struktur Patriarkal Pesantren.” Kajian ini menyoroti dinamika relasi gender dalam ekosistem pesantren, yang selama ini sering dipersepsikan sebagai ruang yang dominan patriarkal. Dalam paparannya, Sinta bella menggambarkan bahwa transformasi pesantren tidak hanya berlangsung pada aspek kurikulum dan manajemen, namun juga pada rekontekstualisasi posisi perempuan. Ia menegaskan bahwa perempuan kini tidak hanya hadir sebagai pihak yang “dibina”, tetapi juga sebagai penggerak, pengajar, dan penentu arah kebijakan pendidikan. Melalui pendekatan interdisipliner menggabungkan kajian gender, sosiologi pendidikan, dan pemikiran Islam kontemporer. Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif tentang negosiasi perempuan dalam sistem yang mengakar secara historis. Dengan demikian, Sinta Bella memberikan kontribusi penting dalam diskursus mengenai peran perempuan dalam lembaga pendidikan Islam tradisional.

Kontribusi berikutnya datang dari Moh Syahrul Muzammil bersama Halimatus Sa’diyah, S.S., M.Pd,, melalui kajian berjudul “Perceraian karena Faktor Ekonomi dalam Perspektif Islam: Menafsir Ulang Esensi Pernikahan dan Konsep Rezeki.” Penelitian ini menyoroti meningkatnya kasus perceraian akibat tekanan ekonomi, fenomena yang menjadi sorotan sosial di berbagai daerah. Dalam pembahasannya, kedua peneliti menggarisbawahi bahwa krisis ekonomi sering kali menjadi pemicu disharmoni rumah tangga, namun secara teologis persoalan tersebut tidak dapat dipahami hanya sebagai kegagalan finansial. Mereka menempatkan konsep rezeki dalam kerangka yang lebih luas: sebagai dinamika spiritual, usaha, dan keadilan ekonomi yang harus dipahami pasangan suami istri. Kajian ini juga menawarkan reinterpretasi maqasid al-shariah dalam konteks keluarga modern, sekaligus mengajak pembaca untuk memahami bahwa ketahanan keluarga bukan hanya ditentukan oleh materi, melainkan juga oleh tanggung jawab, komunikasi, dan keteguhan spiritual.

Isu terakhir yang tidak kalah menarik diangkat kembali oleh Moh Syahrul Muzammil, kini berkolaborasi dengan Achmad Mahrus Helmi, M.Pd, melalui makalah berjudul “Transformasi Pedagogis Pendidikan Islam melalui Generative AI: Wacana Kontemporer tentang Kreativitas, Autentisitas, dan Integritas Akademik.” Penelitian ini hadir sebagai respons terhadap perkembangan teknologi kecerdasan buatan yang semakin masif dalam dunia pendidikan. Generative AI, yang mampu menghasilkan teks, ide, hingga konten kreatif secara otomatis, dinilai membawa peluang besar bagi proses pembelajaran. Namun demikian, Syahrul dan Mahrus juga menegaskan perlunya kesadaran kritis dalam menghadapinya. Makalah tersebut membahas bagaimana peran pendidik dapat bertransformasi dari sekadar penyampai materi menjadi fasilitator yang menekankan literasi digital, kreativitas, dan pembentukan karakter. Selain itu, isu autentisitas akademik disorot sebagai tantangan utama yang harus diantisipasi, terutama dalam menjaga etika ilmiah mahasiswa di era teknologi generatif.

Keterlibatan para dosen dan mahasiswa dalam 4th IC-ISLEH 2025 menunjukkan bahwa STAI RAYA Jember terus berkomitmen mengembangkan tradisi akademik yang produktif dan relevan. Melalui karya-karya yang menyoroti isu global dan lokal secara bersamaan, para delegasi berhasil memperlihatkan bahwa lembaga pendidikan Islam di daerah desa, juga memiliki daya saing yang kuat dalam ranah akademik internasional. Partisipasi ini juga mencerminkan semakin terbukanya STAI RAYA Jember terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, baik yang bersumber dari tradisi klasik maupun inovasi kontemporer. Keterlibatan generasi muda seperti mahasiswa Moh. Syahrul Muzammil dalam forum ilmiah internasional semakin menguatkan harapan bahwa masa depan akademik Indonesia akan diwarnai oleh keberanian intelektual dan keterbukaan terhadap perubahan. Dengan semakin banyaknya karya ilmiah yang dihasilkan STAI RAYA Jember bukan hanya memperluas jejak akademiknya, tetapi juga membangun kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu Islam, pendidikan, dan kemanusiaan secara luas. Keterlibatan dosen dan mahasiswa dalam 4th IC-ISLEH 2025 menjadi bukti bahwa kualitas keilmuan dapat tumbuh dari mana saja, selama ada kesungguhan untuk terus belajar, meneliti, dan berbagi pengetahuan kepada dunia.

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top