Sekolah Islam dan Gender merupakan kaderisasi formal Korps PMII Putri (KOPRI). Kegiatan yang dilaksanakan oleh KOPRI Komisariat Mandala tersebut bertempat di Balai Desa Klompangan. Salah satu materi yang wajib disampaikan dalam forum tersebut adalah Gender Perspektif Islam. Sinta Bella selaku dosen STAI RAYA sekaligus kaderi KOPRI Jember yang sedang mengemban amanah struktural di Kaderisasi KOPRI Jawa Timur dipercaya untuk membahas materi tersebut.
Sinta Bella memulai pembahasan dari konsep yang paling dasar, tentang gender dan posisinya dalam sosial keagamaan. Gender merupakan perbedaan laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh konstruk sosial masyarakat. Ia tidak absolut, tetap, dan bukan ketetapan Tuhan. Sehingga setiap daerah memiliki status gender yang berbeda. Seperti laki-laki kuat, perempuan lemah lembut, konstruk ini dimanakan gender. Karena dia bukan ketetapan Tuhan, maka tidak apa-apa jika menemukan kondisi sebaliknya, perempuan yang kuat dan laki-laki yang lemah lembut. Jika ada unsur pemaksaan laki-laki harus maskulin dan perempuan harus feminism, maka saat itu lahir yang namanya diskriminasi gender. Konstruk sosial tidak menormalkan bila ada laki-laki yang cenderung ke feminim, sehingga laki-laki tersebut dilebeli sebagai banci. Maka, dari sini kemudian argumentasi Gender Perspektif Islam tersebut di mulai.
Bagaimana posisi Gender dalam kacamata Rahmatan Lil Alaminnya Islam. Gender adalah masalah sosial yang bukan hanya sebatas perdebatan laki-laki di atas perempuan atau perempuan di atas lelaki. Tetapi, argumentasi bahwa keduanya bagian dari sosial kemasyarakatan dan keagamaan memiliki peran yang sama penting untuk mewujudkan relasi yang adil dan manusiawi. Sehingga sebagaimana konsep yang dibangun oleh Kang Faqih Abdul Kodir “Qiroah Mubadalah”. Bahwa relasi laki-laki dan perempuan adalah mufa’alah (Kesalingan) dan musyarakah (Kerjasama). Salah satu prinsip yang dibawa adalah kelebihan atau kekuatan yang satu bukan alasan untuk menindas yang lainnya. Islam memuliakan laki-laki dan perempuan, di mana keduanya memiliki jabatan yang sama di hadapan Allah. Sebagai makhluk primer karena keduanya adalah kholifah dil ardh. Sebagai makhluk sekundur karena keduanya adalah abdun. Dasar kemuliaan Islam terhadap manusia, baik laki-laki dan perempuan akan melahirkan relasi yang berbasis kompetensi, kapasitas, dan kualitas, bukan berbasis jenis kelamin.