Search

Tantangan Ekonomi Syariah Di Indonesia: Rendahnya Tingkat Pemahaman dan Literasi

Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, sebuah fakta yang seharusnya menjadi modal penting dalam pengembangan sistem ekonomi syariah. Namun, realitas menunjukkan bahwa potensi tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu penyebab utama dari kurang berkembangnya ekonomi syariah adalah rendahnya tingkat literasi Masyarakat. Indonesia masih bergantung pada produk-produk impor dalam sektor industri halal seperti fesyen muslim, makanan dan minuman halal, hingga kosmetik. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pendekatan, salah satunya adalah integrasi ekonomi syariah ke dalam sistem pendidikan nasional.

Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa indeks literasi ekonomi syariah nasional berada di angka yang cukup rendah, menandakan bahwa banyak masyarakat belum mengenal secara baik prinsip-prinsip dasar Ekonomi Syariah, seperti keadilan dalam transaksi, larangan riba, serta konsep bagi hasil. Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga pernah menegaskan bahwa rendahnya literasi ekonomi syariah merupakan salah satu tantangan. Ketidakmampuan masyarakat dalam membedakan sistem syariah dengan sistem konvensional berakibat pada rendahnya tingkat partisipasi dalam layanan keuangan syariah.

Salah satu faktor krusial yang menyebabkan rendahnya literasi adalah minimnya upaya edukatif dari lembaga-lembaga keuangan syariah. Pendekatan yang digunakan selama ini cenderung bersifat formal dan belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, khususnya di daerah terpencil. Selain itu, penggunaan istilah-istilah teknis dalam promosi produk syariah sering kali menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat awam. Hal ini mengakibatkan persepsi bahwa sistem syariah rumit dan kurang praktis, sehingga masyarakat lebih memilih layanan keuangan konvensional yang dianggap lebih mudah dipahami.

Rendahnya pemahaman ekonomi syariah bukan hanya berdampak pada sektor perbankan, tetapi juga pada industri halal secara umum. Masyarakat yang belum paham pentingnya konsumsi dan produksi produk halal cenderung tidak berkontribusi aktif dalam pengembangan industri tersebut. Akibatnya, Indonesia masih sangat bergantung pada produk-produk halal dari luar negeri, terutama dalam bidang busana muslim, makanan olahan, dan produk kecantikan berbasis syariah. Padahal, jika masyarakat memiliki literasi ekonomi syariah yang baik, mereka dapat berperan sebagai pelaku ekonomi yang mendukung kemandirian sektor halal nasional.

Diperlukan solusi jangka panjang yang menyasar akar persoalan, yakni kurangnya pemahaman masyarakat sejak usia dini. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mengintegrasikan pendidikan ekonomi syariah dalam kurikulum sekolah, baik di tingkat dasar,

menengah, hingga perguruan tinggi. Materi ekonomi Islam sebaiknya disesuaikan dengan konteks kehidupan siswa agar lebih mudah dipahami dan relevan dengan kondisi masyarakat. Selain pendidikan formal, juga perlu dilakukan melalui pendidikan nonformal seperti pelatihan, seminar komunitas, hingga media sosial. Dengan begitu, ekonomi syariah tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga menjadi budaya dan gaya hidup masyarakat Muslim Indonesia.

Tingkat literasi ekonomi syariah yang masih rendah menjadi salah satu kendala utama dalam mengoptimalkan potensi ekonomi umat di Indonesia. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam berdampak pada tingginya ketergantungan terhadap produk halal dari luar negeri serta minimnya penggunaan layanan keuangan syariah. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan langkah nyata melalui pendidikan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, termasuk dengan memasukkan materi ekonomi syariah ke dalam sistem pendidikan nasional. Jika dilakukan secara konsisten, upaya ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi syariah yang kuat, adil, dan berkelanjutan di Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top