Search

Kitab Ta’limul Muta’allim Karya Syekh Azzarnuji: Autokritik terhadap Fenomena Guru di Zaman Ini

Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh Azzarnuji merupakan salah satu warisan literatur Islam yang sangat berharga. Kitab ini tidak hanya memberikan panduan kepada para pelajar (muta’allim) tentang adab dan metode menuntut ilmu, tetapi juga menyentuh aspek-aspek penting dalam hubungan antara guru dan murid. Dalam konteks zaman ini, kitab tersebut dapat menjadi basis autokritik terhadap fenomena yang terjadi di dunia pendidikan, khususnya terkait peran guru.

Esensi Adab Guru dalam Ta’limul Muta’allim
Syekh Azzarnuji menekankan bahwa guru bukan hanya seorang pengajar ilmu, tetapi juga teladan moral dan spiritual. Dalam kitabnya, beliau menegaskan pentingnya sifat ikhlas, sabar, dan tanggung jawab seorang guru dalam mendidik murid-muridnya. Guru memiliki kewajiban untuk memberikan ilmu yang bermanfaat, membimbing murid dengan kelembutan, dan menghindari perilaku yang dapat merusak kehormatan dirinya sebagai pendidik.

Namun, ketika kita melihat kondisi pendidikan saat ini, ada fenomena yang menunjukkan bahwa sebagian guru kehilangan esensi adab yang diajarkan oleh Syekh Azzarnuji. Komersialisasi pendidikan, tekanan ekonomi, dan tantangan globalisasi sering kali menjadikan profesi guru sekadar pekerjaan formal, bukan lagi misi pengabdian. Dalam beberapa kasus, guru tidak lagi menjadi teladan moral dan spiritual, tetapi lebih berfokus pada capaian administratif atau materi.

Fenomena Guru Zaman Ini: Antara Ideal dan Realita
Di era modern, profesi guru menghadapi banyak tantangan, mulai dari tuntutan kurikulum, tekanan administratif, hingga ekspektasi masyarakat. Sayangnya, dalam beberapa kasus, hal ini mempengaruhi kualitas hubungan antara guru dan murid. Ada guru yang kehilangan kesabaran dalam mengajar, tidak peduli dengan perkembangan karakter murid, atau bahkan melakukan tindakan yang tidak pantas.

Sebaliknya, Syekh Azzarnuji dalam Ta’limul Muta’allim menekankan pentingnya hubungan harmonis antara guru dan murid. Guru harus memperlakukan murid dengan kasih sayang, memotivasi mereka untuk belajar, dan menjadi contoh akhlak mulia. Jika adab ini diterapkan, maka pendidikan tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual tetapi juga berbudi pekerti luhur.

Relevansi Kitab Ta’limul Muta’allim sebagai Autokritik
Kitab Ta’limul Muta’allim dapat menjadi bahan refleksi bagi para guru untuk menilai kembali peran mereka sebagai pendidik. Beberapa poin penting dari kitab ini yang relevan sebagai autokritik terhadap fenomena guru di zaman ini adalah:

1. Keikhlasan dalam Mengajar
Syekh Azzarnuji menekankan bahwa seorang guru harus mengajar dengan niat ikhlas karena Allah. Dalam kenyataannya, tekanan duniawi seringkali menggerus keikhlasan ini. Guru perlu merenungkan kembali tujuan utama mereka dalam mengajar.

2. Keteladanan Akhlak
Guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Ketika seorang guru menunjukkan akhlak yang buruk, seperti ketidakjujuran atau ketidaksabaran, murid-murid akan kehilangan rasa hormat. Fenomena ini sering terjadi, terutama di era media sosial, di mana perilaku guru menjadi sorotan publik.

3. Kasih Sayang kepada Murid
Syekh Azzarnuji menekankan pentingnya kasih sayang dalam mendidik. Guru harus memahami kondisi murid-muridnya dan mendidik dengan cara yang membangun, bukan merendahkan. Namun, dalam beberapa kasus, metode pengajaran yang keras masih menjadi praktik yang membahayakan mental murid.

4. Pendidikan Karakter Lebih Utama dari Sekadar Akademik
Pendidikan modern sering kali terlalu fokus pada aspek kognitif, sementara pendidikan karakter kurang mendapat perhatian. Padahal, menurut Syekh Azzarnuji, ilmu tanpa akhlak tidak akan membawa keberkahan.

Membangun Kembali Esensi Guru sebagai Pendidik

Kitab Ta’limul Muta’allim mengajarkan bahwa pendidikan sejati melibatkan penyelarasan antara ilmu, akhlak, dan spiritualitas. Guru zaman ini perlu menghidupkan kembali nilai-nilai yang diajarkan oleh Syekh Azzarnuji. Hal ini dapat dimulai dengan:

1. Menumbuhkan keikhlasan dan niat suci dalam mengajar.
2. Mengutamakan adab dan akhlak dalam setiap interaksi dengan murid.
3. Meningkatkan pemahaman spiritual untuk menjadikan profesi guru sebagai ibadah.
4. Mengadaptasi metode pengajaran modern tanpa melupakan esensi pendidikan moral dan karakter.

Penutup
Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh Azzarnuji bukan hanya panduan bagi murid, tetapi juga bahan refleksi bagi para guru di zaman ini. Nilai-nilai adab, akhlak, dan keikhlasan yang terkandung di dalamnya merupakan pengingat bahwa pendidikan sejati tidak hanya menghasilkan individu cerdas, tetapi juga manusia yang berbudi pekerti luhur. Dengan menjadikan kitab ini sebagai pedoman, guru dapat kembali pada esensi sejati profesi mereka sebagai pendidik yang mulia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top